Khusus pada peringatan tahun ini, Presiden menyoroti kondisi saudara-saudara di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat yang tengah diuji bencana alam. Ketiga wilayah ini memiliki peran sejarah luar biasa dalam perjalanan Republik.
“Dari Aceh, kita belajar tentang keteguhan. Dari Sumatera Utara, kita mengenang semangat juang rakyat Medan Area. Dan dari Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi, lahir PDRI yang menyelamatkan republik dalam masa paling kritis,” jelas amanat Presiden, menegaskan bahwa tanpa ketiga wilayah ini, sejarah bela negara tidak akan lengkap.
Momentum Hari Bela Negara ke-77 ini, menurut amanat Presiden, hendaknya menjadi pengingat bahwa cinta tanah air harus diwujudkan dalam tindakan nyata. “Hadir membantu sesama yang tertimpa bencana, menjaga ruang digital dari hoaks, memperkuat ketahanan ekonomi keluarga, dan berkontribusi dalam pembangunan sesuai peran masing-masing,” ucap amanat tersebut.
Setelah pembacaan doa dan lagu Andhika Bhayangkari, Komandan Upacara menyampaikan laporan penutupan kepada Inspektur Upacara. Pasukan kembali memberikan penghormatan sebelum AKBP Marganda Aritonang berkenan meninggalkan tempat upacara. Rangkaian acara ditutup dengan sesi foto bersama seluruh peserta.




