Sementara itu, koordinator mahasiswa, Fauzan, menyatakan bahwa keterlibatan mahasiswa dalam aksi tersebut merupakan bentuk solidaritas moral terhadap buruh yang selama ini menjadi tulang punggung industri nasional. “Kami hadir bukan untuk anarki, tapi untuk menegakkan keadilan. Bila perusahaan besar kebal hukum, maka suara rakyatlah yang akan mengguncang pagar-pagar pabrik,” ujarnya lantang.
Dengan meningkatnya suhu sosial menjelang aksi, aparat kepolisian dari Polres Simalungun diharapkan dapat mengawal kegiatan tersebut agar tetap berjalan tertib dan kondusif. Namun demikian, tanda-tanda ketegangan sosial di sekitar kawasan industri Sei Mangkei mulai terasa. Ribuan massa yang bersatu dalam barisan FSP KEP SPSI, mahasiswa, dan masyarakat dipastikan akan menjadi gelombang besar penentang ketidakadilan, yang siap mengguncang keheningan kawasan industri terbesar di Sumatera Utara itu.
(S.Hadi Purba)




