NusantaraNetizen – KEPSUL
Pulau pas kor merupakan sebua Pulau yang berada di Provinsi Maluku Utara Kabupaten Kepulauan Sula (Kepsul) Kecamatan Mangoli Barat, secara umum pulau pas kor tidak berpenduduk karena hanya sebua pulau yang ketinggiannya sekitar 4 meter dari permukan laut, begitu juga terdapat air tanah yang sangat asin dan tidak dapat untuk diminum, pulau pas kor hanya dimanfaatkan oleh masyarakat sula untuk menanam kelapa sekaligus tempat nelayan Manchester ikan dan pesinggahan bagi para nelayan.
Disisi lain kita melihat pulau pas kor lebih jauh kita dapat menemukan bahwa pulau pas kor sangat lah indah dan menarik dalam sudut pandang Wisata Sejarah. Kenapa saya menyebut pulau pas kor sangatla indah dalam hal wisata?
Karena terdapat terumbuh karang yang utuh serta dihiasi dengan beragam jenis ikan serta terdapat pasir puti yang luas hampir mengelilingi pulau, begitu juga dengan ada berapa sumber sejarah yang mengatakan bahwa pas kor pernah dijadikan sebagai tempat putus guru bagi pelajar ilmu silat, dan pas kor dijadikan benteng pertahanan masyarakat sula pada abad-18.
Sejarah Singkat Pulau Pas Kor
Asal nama pas kor itu sendiri berasal dari bahasa sula, pas yang artinya Karang atau bisa disebut pulau yang kecil sedangkan kor yang artinya perkumpulan, jika digabungkan pas kor adalah pulau perkumpulan atau tempat berkumpul bagi para kapita sula.
Jauh sebelum Ternate membangun ekspedisi yang dipimpin oleh Sultan Babulah dalam rangka merebut sula, pas kor pernah dimpin oleh sistem pemeritahan kesekuan sula, setelah ternate membangun ekspansi kesulah barulah pas kor juga tergabung dalam adminstrasai Ternate, pulau pas kor memang tidak berpenghuni namun sangat penting untuk dipertahankan karena bukan saja untuk membangun pertahan dalam hal menghadapi musuh dari utara maupun barat tapi juga mencegah orang-orang Buton dan Sulawesi yang mau menyerang sula.
Pas Kor Sebagai Tempat Putus Guru
Pas kor sebagai tempat putus guru dalam ilmu persilatan, persilatan adalah sebua pelatihan untuk membela diri dari orang yang berniat jahat atau melindungi diri segala bahaya, yang dimaksud dengan putus guru adalah ujian terahir bagi peserta yang mau lulus dari ujian sebagai murid, apabila ujian itu sudah diselesaikan maka ia dinyatakan telah lulus ujian atau putus guru, pas kor juga merupak tempat putus guru bagi semua suku yang ada di kepulauan sula, seperti suku mangei, siboyo dan suku sula.
Tradisi putus guru ini terus bejalan sampai abad 18, tradisi seperti ini diceritakan juga oleh Mukarbin Yoioga yang mengakui bahwa trdasi ini bahkan baru berahir sekitar 200 tahun yang lalu.
Pas Kor Sebagai Benteng Pertahan Masyarakat Sula
Pas kor sebagai benteng pertahan, karena pada tahun 1872-1878 pasukan Canga bersama grobolannya pernah memergoki Pulau Taliabu dan Pulau Mangoli bagian utara, akibat dari penyerangan ini maka orang sula menjadikan pas kor sebagai benteng pertahan untuk menghalau musuh agar tidak menembus Pulau Sulabesi, hal ini juga diceritakan oleh Ibrahim Yoioga bahwa dalam sebulan ada 6 sampai 7 juanga yang selalu melitas diperairan pas kor dan perairan sula, dan iya juga mengatakan bahwa sampai sekarang kita masih bisa jumpai ratusan tengkorak manusia yang belum habis terkubur.
Mengenai oprasi Canga tersebut seluruh orang sula masi menceritakannya, setiap pulau yang disinggahinya akan terjadi perampokan, peperangan dan serta mengambil apa yang bisa meraka jadikan muatan, hal ini bahkan menjadi cerita yang menghantui masyarakat sula, gerobolan canga ini orang sula biasa menyebutnya adalah Tabel Galela (Tobelo Galela) kelompok ini biasa menyerang dari arah laut, mengunakan juanga (pasukan-red) yang banyak, setiap perkampungan yang dilewatinya akan dihancurkan, situasi yang sangat ekstrim dan menakutkan inilah menyebabkan kebanyakan orang orang yang bersembunyi di hutan.
Hal serupa bahkan terjadi juga di pulau tetangga Sula seperti Banggai, Seram dan Obi, oprasi bajak laut ini mulai berhenti ketika Said Muhammad dan perkumpulanya ikut membrantas dan menyerang pasukan canga yang melewati perairan Bacan, Obi dan Kepulauan Sula.
Selain dari berapa peristiwa yang sangat menakutkan diatas ada juga berapa kelopok nelayan yang orang sula menyebutnya adalah Buton Kadatua, kelompok kadatua pernah di bolokade oleh orang-orang sula ketika melawati pas koro, kelopok nelayan kadatua juga sering mengganggu setiap nelayan sula yang sedang menangkap ikan, mengancurkan perahu nelayan, bahkan di Taliabu ada pembakaran perkampungan dan mereka suka membunu orang dan mengambil kepalanya, orang sula menyebut ciri-ciri orang kadatua berrambut panjang dan berwarna kuning.
(Red)