Catatan sejarah menyebutkan, kapur barus telah menjadi barang yang bernilai sangat penting sehingga mampu menarik perhatian banyak orang Eropa dan Timur Tengah untuk berdatangan ke Barus. Bahkan Marco Polo, penjelajah berkebangsaan Italia mengatakan bahwa, harga kapur barus semahal emas dengan berat yang sama, pada masa itu.
Persebaran
Dalam penelitian Budi Prasetyo berjudul Populasi Pohon Kapur [Dryobalanops camphora Colebr.] di Ambang Kepunahan, disebutkan pohon ini memiliki beberapa ciri morfologi, yakni berbatang tegak, lurus, bulat, dan terdapat resin. Jika daun diremas akan mengeluarkan aroma wangi.
“Bunga biseksual, berukuran 5 milimeter, berwarna putih, terdapat dalam malai yang pendek,” tulis laporan ini.
Habitatnya banyak terdapat di hutan dengan ketinggian sampai 300 meter di atas permukaan laut, di lereng-lereng bukit dan di pegunungan bertekstur tanah yang mengandung pasir. Persebarannya mulai dari semenanjung Malaya, Sumatera, sampai Kalimantan [Sarawak, Brunei, Sabah, dan Kalimantan Timur].