Keinginannya untuk belajar bahasa lokal, sedari awal sudah tumbuh. Dimana motivasi ini kemudian berlipat kala dia harus merasakan kepayahan saat bertugas memeriksa seorang warga lokal.
“Waktu saya itu saya memeriksa seorang Ibu (Saksi), yang hanya bisa bahasa Batak. Jadi harus pakai penerjemah lah. Karena itu jadi lama waktunya. Dari jam 10 pagi sampai malam. Setelah itu saya juga harus mengantarnya pulang ke kampungnya. Wah, sungguh merepotkan, dan sejak itu saya bertekad harus bisa bahasa Batak,” kenang Rusdi.
Untuk mewujudkan tekadnya itu, Rusdi memilih cara dengan banyak berinteraksi dengan penduduk setempat. Dari interaksinya ini, ternyata banyak pelajaran yang bisa didapatkan Rusdi.
Tak hanya bahasa Batak saja yang bisa kemudian dikuasainya, namun budaya Batak juga mulai dipahami Rusdi. Selain juga tentunya pergaulannya yang semakin luas.

Banyak nilai-nilai positif yang disebutnya bisa digali dari budaya tanah ‘Bona Pasogit’ ini. Yang menurut Rusdi mampu mempengaruhi sudut pandangnya.